Penanganan Burung Selama Proses Mabung. Para penghobi burung, termasuk Anda tentunya, sering mengeluhkan masa mabung (molting) burung karena penuh kerepotan. Namun perlu ditegaskan lagi bahwa masa mabung burung memang sangat menuntut perhatian Anda. Perlu diketahui bahwa yang diperlukan burung untuk mabung sebenarnya adalah “daya dorong” dari dalam dan bukan “daya cabut” dari luar tubuh. Karena pemahaman yang keliru seperti itu, kita akan segera bergegas mencari “obat perontok” dan mengabaikan perlunya “obat penumbuh” dalam menyelesaikan masalah mabung.
Akibatnya apa? Anda kurang bahkan tidak memperhatikan apa kandungan yang ditawarkan oleh obat “perontok bulu”. Isinya mengandung removal pun tetap Anda beli. Ya jangankan bulu burung, bahkan cat mobil pun akan segera mengelupas ketika disemprot removal. Memang, kandungan removal dalam “obat perontok bulu” kadarnya sedikit.
Kadar removal “yang sedikit” ini menimbulkan dilema. Jika kadarnya kurang, maka yang tercerabut hanyalah bulu-bulu kecil sementara bulu besar tetap membandel. Membandel karena removal tidak bisa masuk ke jaringan kulit-dalam di mana bulu besar menancap. Alih-alih bulu tercerabut, kulit burung yang mengelilingi pangkal bulu menjadi mati dan berkeriput yang selanjutnya “mengikat” pangkal bulu sehingga tidak bisa lepas-lepas sampai bulu luar “nyerit-nyerit” amburadul tidak karuan.
Bagaimana kalau disemprot berulang kali agar removal yang menempel ke bulu burung lebih banyak? Boleh saja, tetapi saya jamin lapisan kulit ari bakal “terbakar” dan mengeras serta menutup pori-pori kulit sehingga burung bakal kesulitan menumbuhkan bulu baru. Lagi pula, sebanyak apapun Anda menyemprotkan perontok bulu pasti tidak bisa menembus semua lapisan kulit yang mengikat akar bulu. Hal ini akan menyebabkan ada bulu yang sulit sekali rontok karena memang sudah “terikat” oleh cengkeraman kulit ari yang mati dan mengeras.
Obat perontok “dari dalam”
Selain ada perontok bulu yang disemprotkan ada juga yang diminumkan alias berproses dari dalam tubuh. Kalau dalam tawaran iklannya adalah menjamin bulu burung segera rontok, maka biasanya kandungannya adalah protein kadar tinggi atau zat lain yang sifatnya membuat proses metabolisme di dalam tubuh burung berjalan “jungkir balik”, dan bisa juga zat yang bersifat hormonal.
Dalam kondisi tertentu, tanpa obat semacam itu pun bulu mudah sekali rontok. Katakanlah hanya dengan mengubah menu pakan secara ekstrim, bulu burung rontok bahkan termasuk bulu muda yang belum lama tumbuh. Inilah yang biasanya menyebabkan kita keheranan karena burung belum genap mabung, bulu mudanya sudah rontok lagi padahal bulu tua yang belum rontok tidak rontok-rontok juga.
Produksi hormon tertentu yang terpacu keras (untuk konteks awam, kita sebut saja semacam adrenalin), juga menyebabkan bulu burung mudah rontok apalagi bulu muda. Dalam hal inilah mengapa saya selalu menekankan agar burung yang baru selesai masa mabung harus menjalani masa rekondisi bulu sebelum ditarungkan. Jika bulu baru belum benar-benar kuat menancap, dia akan mudah lepas begitu burung terforsir tenaganya atau terpompa secara kencang produksi hormon “adrenalin”-nya.
Dalam konteks itulah ada dasar teorinya juga jika banyak penghobi burung yang menarungkan burung-burung yang seharusnya sudah memasuki masa mabung tetapi tidak juga mabung. Harapannya sudah pasti, burung segera brul… mabung. Semua hal yang sifatnya “merontokkan bulu” baik dari dari luar (semacam removal) maupun dari dalam (makanan pengacak proses metabolisme dan pemompa produksi hormon) bukanlah pilihan yang tepat untuk membantu proses mabung burung kita.
Protein penumbuh bulu
Sebelumnya, kita perlu berbicara dulu tentang bagaimana tumbuh kembang bulu semasa burung mabung. Bulu rontok secara normal selama masa mabung sebenarnya dipengaruhi minimal oleh dua faktor utama. Pertama, nutrisi yang mendorong kesiapan fisik burung untuk menumbuhkan tunas bulu baru dan, kedua, terbukanya pori-pori di lapisan luar kulit burung.
Selama masa mabung, bulu lama akan segera diganti bulu baru, dan selama rontok itulah burung kehilangan 25% total berat badannya dan mutlak harus diberikan pengganti setidaknya seperempat dari jumlah total protein dalam tubuhnya. Bulu dan selubung bulu burung terdiri dari lebih dari 90% keratin, yakni protein bulu yang diperlukan burung selama proses mabung. Protein bulu berbeda dari protein lain di dalam tubuh, semisal protein telur, dan membutuhkan proporsi yang berbeda atas asam amino-nya.
Burung mabung harus diberikan makanan mengandung asam amino. Dia kemudian akan menyerap dan menyimpannya sebagai keratin. Jika proses ini tidak mendapat dukungan asupan pakan yang benar, maka dipastikan akan menimbulkan masalah di kemudian hari. Misalnya saja mabung tidak tuntas atau proses rontok bulu berhenti di tengah jalan.
Pada saat yang sama burung membutuhkan energi yang besar untuk memproduksi bulu baru. Permintaan energi yang besar untuk memproses protein yang dibutuhkan dalam pembentukan bulu menyebabkan burung harus lebih banyak diberi asupan makanan selama masa mabung. Untuk diketahui saja, energi yang diperlukan burung untuk menumbuhkan bulu baru adalah sekitar dua setengah kali energi yang diperlukan burung selama masa bertelur.
Faktor-faktor penentu masa mabung selama ini tidak sepenuhnya dipahami karena memang rumit. Hal itu melibatkan antara lain masalah kadar hormon, usia, musim dan cuaca dan kondisi lingkungan secara umum. Namun hal yang paling penting adalah perlunya tambahan pasokan kebutuhan gizi untuk burung selama mabung sehingga mereka bisa mengembangkan bulu sebaik-baiknya.
Tetapi sekali lagi, yang diperlukan burung bukanlah energi sembarang energi, tetapi lebih pada energi untuk memproduksi bulu. Dalam konteks inilah sangat perlu adanya pasokan asam amino yang mengandung sulfur seperti metionin dan sistin. Dengan cara demikian, maka proses mabung akan menjadi lebih lancar. Sekarang, apakah Anda tetap memilih terapi “merontokkan bulu” daripada terapi “menumbuhkan bulu”?
No comments:
Post a Comment